"TINAKU, TINA NGATA"
"Tinaku" sebuah diksi yang lazim didengar dan diucapkan dalam penyebutan lokal to kaili.
Diksi "tinaku" terdiri dari dua unsur kata yakni "tina" dan "ku" dimana kata "tina" berasal dari unsur kata "ina" (tunggal) yang di tambahkan huruf "T" yang berarti "dia adalah ibu dari satu orang atau lebih sementara kata "ku" yang menyertainya merupakan penggalan dari ujung kata "yaku" yang berarti "saya", maka arti "Tinaku" bagi "to kaili" adalah "Ibuku".
Diksi "tinaku" terdiri dari dua unsur kata yakni "tina" dan "ku" dimana kata "tina" berasal dari unsur kata "ina" (tunggal) yang di tambahkan huruf "T" yang berarti "dia adalah ibu dari satu orang atau lebih sementara kata "ku" yang menyertainya merupakan penggalan dari ujung kata "yaku" yang berarti "saya", maka arti "Tinaku" bagi "to kaili" adalah "Ibuku".
Penyebutan
"Ina" atau "tina"yang berarti "ibu" juga dikenal pada beberapa suku
atau komunitas lokal, tapi bagi "to kaili" kata " Tina" menguraikan
sebuah pesan ttg peran dan posisi perempuan sbg pusat atau inti
kehidupan pada satuan kekerabatan.
Pada "To Kaili" penyebutan
satuan awal lingkar kekerabatan di sebut sebagai "santina" secara
analogi konsep ini menjelaskan jaringan kekerabatan secara matrilokal
yang menghubungkan satu keluarga batih (koyo puse) dengan keluarga batih
lainnya yang melingkar dan membentuk keluarga luas/besar (sarara)
hingga mencapai "santina" (kindred). "Santina" melingkar pada satuan
kekerabatan mulai dari residensi matrilokal hingga membentuk "Ngata".
Konsep ini juga sebagai penegasan adanya pranata "bulonggo" yang
menguraikan peran "tina" (perempuan) sebagai subyek pengelola sistem
nilai hidup dan sumber-sumber ekonomi kekerabatan.
"Tinaku"
adalah "Tina Ngata", secara etimologi "Tina Ngata" adalah dua unsur kata
yaitu "Tina" berarti Ibu atau perempuan dan "Ngata" berarti kampung.
"Tina Ngata" dimaknai sebagai peran sentral perempuan sebagai pemimpin
dan menjadi kekuatan penyangga kehidupan. Peran perempuan strategis
dalam mengendalikan kehidupan sosial, menjaga lingkungan, dan memperkuat
nilai-nilai kolektivitas kelompok masyarakat. "Tina Ngata" secara
substansi dipahami sebagai basis bagi pengakuan dan partisipasi
sekaligus akar penghormatan peran perempuan dalam masyarakat. Kuatnya
peran "tinaku" yang mengejawantah pada konsep "tina ngata" bermakna pada
adanya kekuatan dari pusat dan inti kehidupan dalam satuan makro
kosmos. Bahwa "tinaku" adalah sumber kehidupan, bahwa "tinaku" menjadi
nafas kehidupan, bahwa tinaku adalah penyambung, penjaga sekaligus
pengendali kehidupan.
Melalui konsep "tinaku, tina ngata" menginspirasi pergerakan kita untuk selalu meyakini bahwa tumpuan kehidupan berada pada nafas dan semangat perempuan...
Sukses "tinaku, tina ngata" atas kerja dan pengabdian tanpa pengorbanan.
Tulisan ini secara khusus saya persembahkan bagi perempuan-perempuan tangguh yang hadir dan berada pada ruang sosial,
wabil khusus bagi mereka yang di legitimasi di lembaga perwakilan rakyat.
wabil khusus bagi mereka yang di legitimasi di lembaga perwakilan rakyat.
Boyaoge, 25 september 2019,
Pemerhati budaya kaili
N I S B A H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar