Minggu, 12 Januari 2020

Seri (6) Penguatan Budaya Kaili"TINAKU, TINA NGATA"

Seri (6) Penguatan Budaya Kaili

"TINAKU, TINA NGATA"

"Tinaku" sebuah diksi yang lazim didengar dan diucapkan dalam penyebutan lokal to kaili.
Diksi "tinaku" terdiri dari dua unsur kata yakni "tina" dan "ku" dimana kata "tina" berasal dari unsur kata "ina" (tunggal) yang di tambahkan huruf "T" yang berarti "dia adalah ibu dari satu orang atau lebih sementara kata "ku" yang menyertainya merupakan penggalan dari ujung kata "yaku" yang berarti "saya", maka arti "Tinaku" bagi "to kaili" adalah "Ibuku".
Penyebutan "Ina" atau "tina"yang berarti "ibu" juga dikenal pada beberapa suku atau komunitas lokal, tapi bagi "to kaili" kata " Tina" menguraikan sebuah pesan ttg peran dan posisi perempuan sbg pusat atau inti kehidupan pada satuan kekerabatan.

 Pada "To Kaili" penyebutan satuan awal lingkar kekerabatan di sebut sebagai "santina" secara analogi konsep ini menjelaskan jaringan kekerabatan secara matrilokal yang menghubungkan satu keluarga batih (koyo puse) dengan keluarga batih lainnya yang melingkar dan membentuk keluarga luas/besar (sarara) hingga mencapai "santina" (kindred). "Santina" melingkar pada satuan kekerabatan mulai dari residensi matrilokal hingga membentuk "Ngata". Konsep ini juga sebagai penegasan adanya pranata "bulonggo" yang menguraikan peran "tina" (perempuan) sebagai subyek pengelola sistem nilai hidup dan sumber-sumber ekonomi kekerabatan.

 "Tinaku" adalah "Tina Ngata", secara etimologi "Tina Ngata" adalah dua unsur kata yaitu "Tina" berarti Ibu atau perempuan dan "Ngata" berarti kampung. "Tina Ngata" dimaknai sebagai peran sentral perempuan sebagai pemimpin dan menjadi kekuatan penyangga kehidupan. Peran perempuan strategis dalam mengendalikan kehidupan sosial, menjaga lingkungan, dan memperkuat nilai-nilai kolektivitas kelompok masyarakat. "Tina Ngata" secara substansi dipahami sebagai basis bagi pengakuan dan partisipasi sekaligus akar penghormatan peran perempuan dalam masyarakat. Kuatnya peran "tinaku" yang mengejawantah pada konsep "tina ngata" bermakna pada adanya kekuatan dari pusat dan inti kehidupan dalam satuan makro kosmos. Bahwa "tinaku" adalah sumber kehidupan, bahwa "tinaku" menjadi nafas kehidupan, bahwa tinaku adalah penyambung, penjaga sekaligus pengendali kehidupan.

Melalui konsep "tinaku, tina ngata" menginspirasi pergerakan kita untuk selalu meyakini bahwa tumpuan kehidupan berada pada nafas dan semangat perempuan...
Sukses "tinaku, tina ngata" atas kerja dan pengabdian tanpa pengorbanan.
Tulisan ini secara khusus saya persembahkan bagi perempuan-perempuan tangguh yang hadir dan berada pada ruang sosial,
wabil khusus bagi mereka yang di legitimasi di lembaga perwakilan rakyat.

Boyaoge, 25 september 2019,
Pemerhati budaya kaili
N I S B A H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar