Seri (7) Penguatan Budaya Kaili
TOMALANGGAI
TOMALANGGAI
"Tomalanggai" adalah sebuah diksi yang mengurai prinsip kepemimpinan
pada masyarakat kaili, Diksi ini merupakan penggalan kata "toma" yang
berarti "bapak atau ayah" dan "langgai" yang berarti laki-laki sehingga
secara harfiah "Tomalanggai" berarti bapak laki-laki.
"Tomalanggai"
adalah ciri peran patriarkat yang menjadi acuan sikap dan perilaku yang
menandai tampilan seorang pemimpin pada masyarakat Kaili.
Secara psikologis, "Tomalanggai" menggambarkan kualitas personal pada
sikap dan perilaku yang menampilkan semangat, keberanian, kekuatan, yang
terpancar dari kharisma dan kewibawaan berdasarkan ciri maskulinitas
yang kuat.
Bagi To Kaili, terdapat keyakinan bahwa jika seorang
yang memegang kekuasaan tertinggi atau menjadi pemimpin masyarakat harus
menampilkan semangat, keberanian, kekuatan, yang terpancar dari
kharisma, sehingga segala masalah yang terkait kepentingan masyarakat
dapat digantungkan kepadanya.
Dalam mitologi To Kaili,
"Tomalanggai" awalnya merupakan penyebutan atau gelar yang di sematkan
pada seorang pemimpin suku dalam satuan kehidupan kelompok teritori
kekerabatan yang memiliki keberanian dalam mengalahkan orang atau
kelompok lain. Dengan keberanian dan kekuatan yang dimiliki maka seluruh
pengikut atau masyarakat tunduk dan taat kepadanya . Kemampuan dalam
mengalahkan kelompok lain juga membentuk sikap kediktatoran dalam
pelaksanaan kepemimpinan, namun dengan terjadinya perkawinan
"Tomalanggai" dengan "Tomanuru" mempengaruhi terhadap perubahan perilaku
maupun sikap "Tomalanggai" yang semula diktator berubah menjadi
bijaksana. "Tomanuru" yang diyakini sebagai penjelmaan seorang dewi yang
keluar dari "Bolo Vatu Mbulava" (bambu kuning emas) ditakdirkan menjadi
isteri "Tomalanggai" diyakini memberi pengaruh dalam perubahan sikap
dan karakter "tomalanggai" seiring bertambah pula kemampuan ilmu adi
daya dan kesaktian yang dimiliki sehingga "Tomalanggai"di gelari
"Tobaraka" ( Pemimpin yang disegani dan sakti).
Secara
genealogis Keberanian dan kesaktian "Tomalanggai" kemudian menurun pada
generasi penerusnya yang menjadi pemimpin dan berkuasa di tanah Kaili.
Pelanjut Kepemimpinan "tomalanggai" bahkan ada yang bergelar "Tobaraka"
yang diyakini mewarisi sifat-sifat Tomalanggai dengan sifat bijaksana,
pemberani dan sakti.
Sifat-sifat ini menjadi dasar dan karakter kepemimpinan dalam membentuk Kehidupan masyarakat sehingga keadaan rakyat semakin mengalami kemajuan. Besarnya kepercayaan dan pengaruh kepemimpinan tersebut didalam kehidupan masyarakat membuat "Tomalanggai" memiliki pengaruh luas di masyarakat.
Sifat-sifat ini menjadi dasar dan karakter kepemimpinan dalam membentuk Kehidupan masyarakat sehingga keadaan rakyat semakin mengalami kemajuan. Besarnya kepercayaan dan pengaruh kepemimpinan tersebut didalam kehidupan masyarakat membuat "Tomalanggai" memiliki pengaruh luas di masyarakat.
Pengangkatan seorang
pemimpin masyarakat harus berada dalam kerangka untuk melindungi dan
mengayomi semua anggota kelompoknya. Prinsip kepemimipinan "Tomalanggai"
inilah yang secara turun temurun menjadi prinsip kepemimpinan dalam
masyarakat kaili. Demikian juga keberadaan "Tadulako" yang dikenal
sebagai panglima perang dalam dalam sistem pemerintahan adat dianggap
mewarisi prinsip kepemimpinan "Tomalanggai"dalam menjalankan perannya.
Prinsip kepemimpinan "Tomalanggai" bagi masyarakat Kaili diyakini
terdapat pada setiap diri calon pemimpin masyarakat yang dikodratkan
menjadi pemimpin seperti halnya "Tadulako". Sifat berani dan berwibawa
menjadi syarat utama yang harus dimiliki seseorang yang ditetapkan
sebagai pemimpin masyarakat di tanah Kaili. Pemimpin masyarakat dengan
jiwa keperkasaan idealnya mampu mengadopsi prinsip kepemimpinan
"Tomalanggai" yang harus memiliki keberanian, kewibawaan, kesatria
bahkan kesaktian. Dengan demikian perilaku "Tomalanggai" adalah prinsip
yang ditanamkan dan harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin.
Seorang pemimpin dalam masyarakat yang memiliki prinsip kepemimpinan
"tomalanggai" dipastikan dapat menerapkan nasehat atau petuah ketika
menjalankan kepemimpinannya. Nasehat atau petuah dari para "To Tua
Nungata" adalah penjabaran prinsip kepemimpinan dari perilaku
"Tomalanggai" yang senantiasa harus ditampilkan seorang pemimpin dalam
masyarakat terutama dalam menjaga mata, telinga, mulut, hati, dan otak.
Pemaknaan prinsip kepemimpinan tersebut tersirat pada nasehat bagi
seorang calon pemimpin yaitu:
1. "Pakanoto Mata Mangantoaka",
artinya seorang pemimpin harus membaca keadaan dengan penglihatan mata
kepala, mana yang tidak baik, mana yang baik dan mana yang lebih baik
yang akan dilaksanakan untuk perbaikan kehidupan masyarakat serta
sebagai bahan untuk membuat aturan.
2. "Pakanasa Talinga Mangepe", artinya segala sesuatu yang didengar oleh telinga, harus dicermati dengan jelas dan nyata, apakah suatu berita yang didengar benar adanya atau tidak, harus dicari tahu kejelasannya agar tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain serta bisa menimbulkan konflik, karena tidak ada kepastian dan kebenaran yang didengar.
3. "Pakabelo Sumba Mojarita", artinya berkata sejujur-jujurnya, tidak boleh menyinggung perasaan orang lain, berbohong, menghina, menghujat, memfitnah. Berkata jujur dan menjaga perkataan yang baik akan dapat menciptakan persatuan dan kesatuan demi terwujudnya perdamaian dan kerukunan didalam masyarakat.
2. "Pakanasa Talinga Mangepe", artinya segala sesuatu yang didengar oleh telinga, harus dicermati dengan jelas dan nyata, apakah suatu berita yang didengar benar adanya atau tidak, harus dicari tahu kejelasannya agar tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain serta bisa menimbulkan konflik, karena tidak ada kepastian dan kebenaran yang didengar.
3. "Pakabelo Sumba Mojarita", artinya berkata sejujur-jujurnya, tidak boleh menyinggung perasaan orang lain, berbohong, menghina, menghujat, memfitnah. Berkata jujur dan menjaga perkataan yang baik akan dapat menciptakan persatuan dan kesatuan demi terwujudnya perdamaian dan kerukunan didalam masyarakat.
Prinsip yang didasari keberanian dan kewibawaan menjadi syarat penentu
bagi seorang pemimpin di masyarakat. Dalam setiap proses pergantian
kepemimpinan baik di organisasi kemasyarakatan, lembaga politik,
eksekutif maupun legislatif selalu di tandai dengan masuknya calon-calon
pemimpin yang di nilai layak karena kualitas personal harus dapat
mewarisi prinsip kepemimpinan "Tomalanggai". Pemahaman yang tertanam
kuat tentang prinsip kepemimpinan "Tomalanggai" pada masyarakat Kaili,
menjadi kriteria tersendiri yang harus dimiliki seorang pemimpin, karena
persepsi masyarakat dalam menilai kriteria pemimpin masyarakat dapat
menjadi bagian dari pembentukan pemahaman nilai-nilai kepemimpinan yang
terinternalisasi seiring dengan perubahan zaman.
Semoga....
Semoga....
Boyaoge, 2 oktober 2019,
NISBAH
Pemerhati Budaya Kaili
NISBAH
Pemerhati Budaya Kaili
Tidak ada komentar:
Posting Komentar