Kamis, 07 Agustus 2025

Edisi Kontemplasi... Menyoal One Piece VS Merah Putih

Edisi Kontemplasi...

Menyoal  One Piece VS Merah Putih 

Fenomena peristiwa pengibaran bendera One Piece dibawah Bendera Merah Putih jelang perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-80 menjadi viral dan memicu perdebatan luar biasa. Bendera One Piece yang bergambar tengkorak dengan topi jerami menjadi sorotan karena  pemasangannya yang di letakkan  bawah Bendera Merah  Putih dijustifikasi sebagai situasi tergerusnya semangat nasionalisme kebangsaan. Ketidak setujuan atas pemasangan bendera One Piece dinarasikan sebagai tindak provokatif dan propaganda yang dapat menurunkan martabat Bendera Merah Putih sebagai simbol Nasionalisme Kebangsaan.  

Bendera  One Piece  merupakan anime asal jepang bergambar tengkorak dengan topi jerami  yang mengilustrasikan kelompok bajak laut dengan tokoh utama bernama Monkey D Luffy. Bagi kelompok penyuka tokoh ini,  sejumlah kisah dalam One Piece  secara ekstrim merepresentasikan perlawanan terhadap ketidakadilan. Dalam beberapa kisahnya, Monkey D Luffy dan rekannya harus menghadapi pemerintahan yang korup, militeristik, sadistik, dengan praktik pelanggaran hak asasi manusia, genosida, diskriminasi ras, hingga upaya memanipulasi sejarah.

One Piece adalah simbol ekspresi bagi penyuka tokoh ini yang relatif berasal dari gen (Y) milenial dan gen (Z) zoomers yang berada di era transisional. Bagi dua tipe generasi ini, Korelasi pemaknaan One Piece dikaitkan dengan semangat kebebasan, ekspresi keberanian, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Pengibaran bendera One Piece bahkan  diasumsikan sebagai ketidakpuasan dan kritik atas realitas kehidupan dalam  entitas bernegara.

Bagi kelompok penyuka anime ini pemaknaan terhadap bendera One Piece, awalnya bersifat superficial. Kesadaran pemaknaan kemudian berubah menjadi simbol kritik sosial. Bendera One Piece  dirasakan mampu mewakili keresahan atas dahsyatnya benturan situasi sosial  yang terjadi terkait sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan diikuti  dengan situasi  sosial mutakhir yaitu kebijakan pembekuan rekening yang pasif  dan  penyitaan tanah yang menganggur.
Terdapat  pesan moral kuat dari anime  One Piece yang menegaskan semangat kebebasan, anti-penindasan, dan keberanian melawan otoritarianisme. Ekspresi simbolik untuk menolak ketimpangan sosial, melawan sistem yang korup, atau sekadar menyuarakan kebebasan berpikir dan bertindak.

Menyelami pemaknaan atas ilustrasi One Piece  yang dianggap representatif menggambarkan kondisi yang dialami sebagian kelompok masyarakat, menjadi kilas balik atas tindakan generasi pendahulu yang saat ini sdh memasuki fase baby boomers.  Sekitar tahun 80 dan 90-an,  situasi Dejavu  pernah terjadi dimana generasinya  menampilkan kegandrungan dan kecanduan terhadap bendera Amerika dan Inggris yang notabene merupakan simbol  negara lain.  Kegandrungan dan kecanduan  menjadi simbol identitas  yang mencirikan kemajuan pergaulan remaja ketika itu. Pemasangan bendera negara  Amerika  dan Inggris  dalam ruang privat seperti kamar tidur dan ruang interaksi bergaul  menjadi penanda bahwa kelompok remaja ketika itu adalah kelompok yang memiliki pergaulan modern. Pun saat ini sesungguhnya selain anime One Piece kegandrungan generasi millenial dan generasi zoomers terhadap K-Pop harus diletakkan dalam persepsi  yang sama dengan pemasangan  bendera One Piece agar tidak terjebak dalam dikotomi parsial. 

Diskursus bendera One Piece hanyalah sebagai simbol kritik, layaknya puisi, gambar, lagu, film, atau karya seni lainnya. Pemasangan bendera One Piece di bawah bendera Merah Putih dalam pendekatan interaksionis simbolik dimaknai sebagai cara dan tindakan  komunikatif.   Cara dan tindakan  komunikasi menjadi ekspresi simbolik untuk membuka diskusi  masyarakat tentang ketidak puasan terhadap kondisi entitas negara (Jurgen Habermas).

Bisa jadi, Pemasangan bendera One Piece  dibawah bendera Merah Putih merupakan proses inter tekstualitas atas  krisis komunikasi yang terjadi antara rakyat dan negara. Rakyat tidak lagi bisa menyampaikan aspirasi secara formal, sebaliknya harus secara nonformal melalui cara-cara viral di media sosial. Bendera One Piece  telah menjadi simbol perwakilan dari protes atau kritik. Secara sosiologis, meluasnya tindakan pengibaran bendera One Piece, menunjukkan adanya solidaritas mekanik yang berkembang menjadi solidaritas organik seperti dinyatakan oleh Durkheim. 

Ketika bendera One Piece dikibarkan di depan rumah-rumah kecil di gang-gang sempit, dibawa truk yang melintasi kerasnya jalanan, ataupun muncul di linimasa media sosial, mungkin ia bukan ingin menyaingi Merah Putih atau bahkan mendegradasi semangat nasionalisme, tetapi mungkin pengibaran dan pemasangan  bendera  One Piece  hanya sekedar wujud ekspresi  ingin didengar dari keterhimpitan dan sesaknya beban yang menyeruak di ruang sosial.
Wallahu a'lam bissawab...

Boyaoge, 8 Agustus 2025,

NISBAH
Pemerhati  Perempuan dan Budaya Kaili

Tidak ada komentar:

Posting Komentar