Seri (16) Revitalisasi Budaya Kaili
NAMBONGO,
NAMBINGA,
NAMBALA,
"Nambongo"...,
"Nambinga"...,
"Nambala"...,
Adalah tiga diksi populer pada orang Kaili yang menunjuk pada tingkatan perilaku negatif berupa "ketidak patuhan" atas sebuah permintaan, instruksi atau perintah.
Perilaku"Nambongo, Nambinga dan Nambala" mewujud sebagai sikap "masa bodoh" seseorang dalam interaksi sosialnya atas sebuah obyek yang menjadi masalah. Wujud tindak perilaku ini lazim terjadi saat ada aksi dan reaksi antara seseorang dengan dua orang atau lebih dalam suatu situasi sosial.
Ketika "Nambongo, Nambinga dan Nambala" diucapkan dalam sebuah kalimat maka cenderung dipahami sebagai "makian yang merendahkan sikap dan perilaku negatif dalam merespon saran, nasehat, dan anjuran terhadap sesuatu hal yang idealnya harus dilaksanakan. Pemaknaan tiga diksi ini jika dijelaskan sesuai tingkatannya maka dimulai dari,
1. NAMBONGO,
adalah "makian" yang paling populer dan sering terdengar di kebanyakan telinga orang Palu. "Nambongo" merupakan tindak perilaku yang dilakukan oleh seseorang dengan tidak mau mendengarkan permintaan atau perintah atas suatu objek yang harus atau akan dilakukan. Sikap "tidak "mau mendengar" di tunjukkan dengan tidak melaksanakan bahkan tidak peduli meskipun dia memahami objek permintaan yang disampaikan.
Seseorang enggan melakukan perintah yang disampaikan karena menganggap objek yang diperintahkan tidak memberi manfaat apapun terhadap dirinya. Baginya permintaan dan perintah sebagai suatu hal yang tidak perlu dilaksanakan karena merupakan objek yang tidak dipahaminya bahkan perintah dianggap tidak mewakili kepentingannya.
2. NAMBINGA,
serupa dengan "Nambongo", diksi "Nambinga" dipahami setingkat lebih tinggi dari pada diksi "Nambongo". Diksi "Nambinga" bermakna pada tampilan perilaku atas reaksi seseorang dalam merespon permintaan atas suatu objek dan perintah dengan menampilkan sikap "tidak peduli" dan "masa bodoh".
"Nambinga" seolah mewujud sebagai "karakter" karena sikap negatif yang di tampilkan merefleksikan kurang minat terhadap hal-hal yang dianggapnya tidak penting. Sikap "acuh tak acuh" dan "tidak peduli" terhadap lingkungan sosial karena di pengaruhi rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman terhadap aspek penting yang terjadi dalam kehidupan sosialnya.
3. "NAMBALA"
"Nambala" adalah tingkatan ketiga dari sikap "ketidak Patuhan" yang ditampilkan dalam sikap dan perilaku seseorang. "Nambala" dimaknai sebagai perilaku "bebal" dimana reaksi sikap yang ditampilkan adalah sikap "tidak mau tahu". Jika "Nambala" di analogikan dengan "Bebal", maka sesuai dengan kamus Bahasa Indonesia dapat bermakna pada sikap dan perilaku yang mengarah pada kebodohan dan ketidakpedulian terhadap hal lain yang dekat dengan kehidupannya.
Analogi "Bebal" dalam menjelaskan sikap "Nambala" dapat mewujud sebagai perilaku yang didasari rasa kesengajaan karena ada dorongan sikap tidak mau berbuat dan bertindak sebagaimana mestinya. Bahkan lebih jauh "Nambala" bermakna pada sikap dan perilaku tidak mau mendengarkan dan menghargai orang lain. Terdapat sikap dan perilaku ketidak patuhan sebagai wujud reaksi bahwa situasi kehidupan diluar dirinya tidak menjadi bagian dari tanggung jawabnya.
Membahas perilaku dan sikap "Nambongo", "Nambinga" dan "Nambala", dapat menjadi sebuah refleksi atas reaksi kita terhadap situasi Pandemi Covids 19. Sikap Ketidak patuhan atas instruksi dan permintaan untuk membentuk "hubungan sosial berjarak" masih direspon oleh sebagian masyarakat dengan sikap dan perilaku ini.
Wujud perilaku dan sikap kita ketika situasi ruang interaksi sosial telah berada diambang kritis karena meluasnya penyebaran covids 19 secara relatif ditampilkan melaui sikap dan perilaku "Nambongo", "Nambinga dan bahkan "Nambala".
Fenomena pada tataran realita sosial menunjukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat ketika diperhadapkan dengan situasi Pandemi covids 19, masih relatif kuat membentuk perilaku dan sikap ini, meskipun fakta telah menampilkan konsekuensi dari sikap dan perilaku yang tidak patuh akan serius memberi dampak pada kemungkinan tertular oleh covids 19.
Subhanallah....
Medio, 16 April 2020
N I S B A H
Pemerhati Sosial Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar