Seri (17) Revitalisasi Budaya Kaili
KONSERVASI NILAI NOSIALAPALE, NOSIDONDO, NOEVU dan NOTEBA pada MASYARAKAT KAILI
Sistim gotong royong secara umum merupakan kearifan lokal pada hampir setiap masyarakat dimanapun. Sistim Gotong royong adalah pranata sosial yang di transformasi secara generasional pada tiap-tiap masyarakat. Koentjaraningrat (1990) mengemukakan gotong royong atau kerja bakti adalah satu aktivitas pengerahan tenaga tanpa bayaran untuk suatu kegiatan yang bermanfaat untuk umum atau yang berguna untuk kepentingan seluruh masyarakat.
Pada masyarakat Kaili sistim gotong royong tampil dengan konsep "Nosiala pale, Nosidondo, Noevu" dan "Noteba". Pranata sosial ini pada beberapa kelompok masyarakat kaili masih hidup dan berlangsung dengan mengedepankan falsafah gotong royong yang dilandasi nilai "Sintuvu Ntodea" yang bermakna pada persaudaraan bersama. Meskipun pranata sosial "Nosidondo, no Evu" dan "No teba" tidak lagi dijalankan secara kuat sebagaimana lazimnya konsep nilai hidup pada masyarakat kaili pada zaman dulu.
Untuk mengenali dan mengetahui secara fungsional masing-masing pranata sosial tersebut pada masyarakat kaili dapat diuraikan berdasarkan tujuan dan pemaknaannya sebagai berikut :
1. NOSIALAPALE.
Secara etimologi Nosialapale berarti sikap bergandengan tangan. Pemaknaan bergandengan tangan secara sosial adalah sikap bahu membahu yang ditampilkan dalam satu kegiatan sosial. Terdapat usaha bersama dan saling membantu yang ditampilkan untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama dengan dilandasi semangat solidaritas. Ketika kegiatan upacara daur hidup (life circle) dilaksanakan maka konsep "Nosialapale" akan menandai sikap gotong royong. Seluruh satuan keluarga luas dalam residensi teritorialnya yang bersifat matrilokal akan menampilkan sikap spontanitas dalam membantu mempersiapkan upacara daur hidup seperti saat perkawinan, kelahiran dan kematian. Fungsi dan peran dalam menjalankan kegiatan dilakukan dengan inisiasi bersifat koordinatif dalam lingkup keluarga luas. Inisiasi terbentuk secara spontan terjadi karena adanya kesadaran karena ikatan emosional dalam hubungan kekerabatan yang biasanya dilingkar oleh persaudaraan "santina". Mempersiapkan kebutuhan upacara mulai dari peralatan yang digunakan, pengaturan menu dan tata cara makan dan berbagai kebutuhan simbolik lainnya yang mendukung pelaksanaan upacara.
2. NOSIDONDO.
"Nosidondo" secara harfiah adalah aktivitas saling membantu di pagi hari. Dalam pelaksanaan aktivitas menampilkan semangat dan kerelaan yang terjadi secara spontanitas untuk saling membantu pihak tertentu dengan didahului atau tanpa didahului undangan atau seruan untuk melakukan kerja sama. "Nosidondo" lazim dilaksanakan pada pagi hari dengan pembantasan waktu kerja dimulai dari pagi hari hingga menjelang waktu siang sebelum cuaca berubah menjadi panas (setengah hari). Bentuk aktivitas yang dilakukan dalam "Nosidondo" biasanya berupa kegiatan membersihkan lingkungan di sekitar hunian tempat tinggal dalam kampung atau "Ngata". Demikian juga Ketika bangunan di kampung masih didominasi bentuk rumah panggung, saat itu aktivitas "Nosidondo" yang dilakukan biasanya memindahkan bangunan dari satu tempat ketempat lainnya dengan cara menggotong bangunan oleh sekelompok orang secara beramai-ramai. Aktivitas memindahkan rumah ini dilakukan diwaktu pagi dimana tiap-tiap anggota yang berasal dari keluarga batih akan datang berbondong-bondong untuk membantu pemilik rumah panggung yang akan dipindahkan. Bantuan yang disumbangkan biasanya berupa tenaga untuk menggotong rumah bagi laki-laki dan bagi perempuan membantu menyiapkan kebutuhan makan. Aktivitas ini menjadi pengikat dalam hubungan kerjasama antar warga atau anggota kelompok masyarakat pada suatu kampung dalam memperkuat nilai solidaritas.
3. NOEVU
Aktivitas Gotong rotong yang juga menandai kerja sama pada masyarakat Kaili adalah "Noevu". Prinsip gotong royong ini lazim dilakasanakan pada aktivitas menggembala. Pada tiap-tiap keluarga yang memiliki ternak akan melakukan aktivitas menggembala pada siang hingga menjelang sore hari dimana masing-masing pemilik ternak bertemu di area penggembalaan yang berada pada area tertentu. Tempat-tempat yang dipilih berada di area perbukitan dengan tumbuhan liar yang dijadikan tempat makanan bagi binatang yang digembalakan.
Binatang piaraan berupa sapi, kuda, kambing dan domba adalah jenis binatang peliharaan yang seringkali di gembalakan. Aktivitas menggembala dilakukan dengan cara menunggui secara bersama-sama binatang gembalaan dengan mengatur giliran pemberian makan pada binatang. Aktivitas yang dilakukan juga adalah saling bekerjasama memberi perlindungan pada binatang yang digembalakan dengan memasukannya pada kandang yang menjadi milik bersama. Aktivitas "Noevu" dapat mempererat rasa kebersaamaan dalam menjaga keamanan binatang peliharaan sekaligus memperkuat solidaritas hubungan kelompok sesama pemilik binatang gembalaan.
4. NOTEBA
Noteba adalah prinsip gotong royong pada masyarakat kaili dalam melakukan aktivitas membuat bangunan tempat tinggal, membuka tempat hunian baru dan tempat-tempat yang akan dijadikan sebagai sarana umum dan tempat untuk menjalankan kegiatan sosial lainnya. Aktivitas dalam prinsip "Noteba" mengedepankan semangat bahu membahu yang dilandasi kesadaran membantu karena ikatan hubungan persaudaraan antar sesama keluarga. Ketika ada keluarga Batih ingin membuat rumah, membuka lahan hunian tempat tinggal atau tempat yang diperuntukkan bagi kepentingan umum maka inisiasi kesadaran pada tiap-tiap anggota kelompok masyarakat pada linglungan tersebut terjadi secara spontanitas untuk membantu melaksanakan aktivitas yang dilaksanakan.
Konservasi nilai gotong royong pada tiap-tiap masyarakat merupakan kearifan lokal yang perlu diperkuat sebagai pranata sosial yang bermanfaat untuk menggerakkan solidaritas sosial dan menciptakan kohesi sosial. Sebagai salah satu unsur budaya, nilai gotong royong dapat memberi makna sebagai identitas kolektif atau jati diri satu kelompok masyarakat karena memiliki peran dan fungsi sentral dan mendasar sebagai landasan utama dalam memperkuat tatanan kehidupan masyarakat.
Boyaoge, 24 Pebruari 2021
N I S B A H
Pemerhati Budaya Kaili